Soloraya
Jumat, 27 November 2015 - 08:40 WIB

PARIWISATA SOLO : 2016, Persaingan MICE di Solo Kian Ketat

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi wisatawan mancanegara (Gigih M. Hanafi/JIBI/Harian Jogja)

Pariwisata Solo, persaingan industri MICE di Kota Solo makin ketat.

Solopos.com, SOLO–Peta persaingan industri meeting, incentive, convention, and exhibition (MICE) yang dihadapi Kota Solo ke depan bakal lebih berat. Akhir 2015 mendatang Indonesia mulai memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Advertisement

Berdasarkan survei yang dilaksanakan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (saat ini bernama Kementerian Pariwisata) pada 2013 lalu, rangking pemetaan destinasi MICE Kota Bengawan berada pada posisi delapan setelah Bali, Jakarta, Surabaya, Jogja, Makassar, Bandung, dan Medan.

Kota lain seperti Semarang, Lombok, Manado, Palembang, Batam, Padang, Balikpapan, serta Bintan, menduduki peringkat sembilan sampai 15 di bawah Solo.

Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Solo, Daryono, mengemukakan persaingan bisnis MICE ke depan tidak lagi terpatok dengan destinasi nasional.

Advertisement

“Ke depan persaingannya bukan antardestinasi lagi. Tapi sudah harus siap berhadapan dengan negara tetangga yang sudah matang persiapannya,” terangnya saat berbincang selepas Workshop Pariwisata dan MICE Menunjang Ekonomi Lokal Kota Solo 2015 di Gedung Bakorwil II, Kamis (26/11/2015).

Daryono menyebutkan untuk persiapan pengembangan pariwisata di sektor MICE ke depan, dibutuhkan pengembangan sumber daya manusia, infrastruktur, serta promosi.

“Setidaknya ada sembilan pilar penguatan kelembagaan agar MICE bisa bersaing. Yang paling mendesak infrastruktur. Ini penting untuk koneksi antardestinasi pariwisata,” jelasnya.

Advertisement

Menurut Daryono, dibutuhkan sinergi berbagai pihak agar sektor MICE di Kota Solo mampu bertahan menghadapi persaingan.

“Pelaku, penyedia akomodasi, birokrasi, dan legislatif bisa duduk bersama untuk merumuskan konsep pengembangan MICE. Solo dengan branding MICE heritage membuat kota ini masih punya daya tarik. Tinggal penguatan internalnya saja dikembangkan,” paparnya.

Sementara itu, Ketua Forum For Economic Development and Employment Promotion (FEDEP) Kota Solo, David R. Wijaya, menyebutkan pembangunan infrastruktur dan wacana pembukaan rute baru di Bandara Adi Soemarmo bisa dijadikan peluang untuk modal pengembangan MICE ke depan.

Menurut David, pengembangan MICE di Solo tidak mungkin jalan sendirian tanpa melibatkan daerah sekitarnya. “Luas wilayah Solo sangat terbatas. Padahal kita belum punya exhibition hall seluas 10 hektare. Kita butuh menggandeng daerah di sekeliling yang memiliki akses cukup baik dari Kota Solo,” jelas dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif