News
Jumat, 9 Oktober 2015 - 23:00 WIB

KURS RUPIAH : Rupiah Melejit, Darmin: Jangan Disimpulkan Semua Beres

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Darmin Nasution (Dok/JIBI/Bisnis)

Kurs rupiah kembali ke tren menguat pekan ini. Namun pemerintah menyatakan persoalan belum selesai.

Solopos.com, JAKARTA — Kendati tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terapresiasi hingga 8,43% selama sepekan, pemerintah tetap waspada terkait segala kemungkinan yang terjadi pada mata uang Garuda ke depan.

Advertisement

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan penguatan nilai tukar rupiah tidak bisa diartikan semua persoalan yang masih menyelimuti Tanah Air maupun dunia selesai. Oleh karena itulah, sambungnya, pemerintah masih akan terus waspada.

“Ekonomi di dunia pun belum selesai persoalannya, apalagi ekonomi kita. Jadi enggak ada yang aneh. Jangan ditarik kesimpulan semua sudah beres. Ya tapi tendensinya bagus lah,” ujar Darmin ketika ditemui di kantornya, Jumat (9/10/2015).

Seperti diketahui, rupiah terapresiasi 8,43% atau Rp1.234 per dolar AS selama sepekan menjadi Rp13.412/dolar AS. Bahkan, kurs rupiah melejit tertinggi di Asia pada penutupan perdagangan akhir pekan.

Advertisement

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan di pasar spot akhir pekan ini, kurs rupiah ditutup naik 3,42% atau 475 poin ke level Rp13.412/dolar AS. Kemarin, kurs rupiah bergerak di level Rp13.281/dolar AS dan terlemah Rp13.774/dolar AS.

Nilai tukar rupiah menguat tertinggi di Asia, disusul oleh penguatan ringgit Malaysia 2,56%. Pada saat yang sama, kurs tengah Bank Indonesia ditetapkan pada level Rp13.521 per dolar AS atau terapresiasi 2,08% dari posisi sebelumnya.

Kendati demikian, sejak awal tahun, rupiah masih terdepresiasi 7,63%. Dalam catatan Bisnis/JIBI, penguatan rupiah tidak terpisahkan dari aksi intervensi dari Bank Indonesia. Per 30 September 2015, cadangan devisa mencapai US$101,72 miliar, terkuras US$6,33 miliar atau setara dengan Rp88,62 triliun dari posisi akhir Juli US$107,55 miliar.

Advertisement

Darmin berujar kondisi saat ini kemungkinan menunjukkan redanya gejolak yang ada di pasar yang terjadi beberapa minggu terakhir, baik dari kecenderungan pembelian dolar maupun semua spekulasi yang muncul.

Ketika ditanya terkait potensi tren penguatan lagi, mantan Gubernur Bank Indonesia ini justru mengaku tengah mengusulkan kepada pihak otoritas moneter untuk menghitung lebih dalam posisi fundamental rupiah terhadap dolar AS saat ini.

Dengan posisi rupiah saat ini, dia berujar memang membuka kesempatan penguatan lebih tinggi. Sejalan dengan itu, kondisi saat ini juga membuka kesempatan bagi pelaku usaha untuk mengambil keputusan mengenai bisnisnya. “Jadi apa yang kita lakukan melalui paket kebijakan atau deregulasi itu mestinya akan direspons lebih bagus untuk menjadi insentif memulai, mengaktifkan bisnisnya,” katanya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif