Soloraya
Rabu, 10 Juni 2015 - 03:10 WIB

KEKERINGAN WONOGIRI : Kekeringan Tak Kunjung Teratasi, Manfaat WGM Dipertanyakan

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan

Kekeringan Wonogiri yang tak kunjung teratasi membuat pemkab mempertanyakan manfaat WGM.

Solopos.com, WONOGIRI — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Wonogiri mendesak pemerintah pusat memprioritaskan penanganan masalah kekeringan yang selalu mengancam sedikitnya delapan kecamatan di Wonogiri setiap musim kemarau.

Advertisement

Pemkab menganggap ironis bahwa sebuah daerah yang memiliki bendungan terbesar di Jawa Tengah namun kekeringan masih menjadi masalah setiap tahun. Pemkab pun mempertanyakan manfaat keberadaan Waduk Gajah Mungkur (WGM) bagi masyarakat Wonogiri.

Pemkab menilai selama 34 tahun keberadaan WGM di Wonogiri belum mendapatkan manfaat kepada masyarakat secara nyata. Kekeringan masih terjadi, begitu juga sejumlah bencana seperti banjir di musim hujan dan lain-lain.

Advertisement

Pemkab menilai selama 34 tahun keberadaan WGM di Wonogiri belum mendapatkan manfaat kepada masyarakat secara nyata. Kekeringan masih terjadi, begitu juga sejumlah bencana seperti banjir di musim hujan dan lain-lain.

Pemkab juga tidak mendapatkan pendapatan asli daerah (PAD) dari keberadaan WGM. Pemkab malah menyewa lahan untuk objek wisata WGM di Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, senilai Rp75 juta per tahun ke Perum Jasa Tirta selaku pengelola lahan di sekeliling perairan WGM.

“Seandainya air dari WGM bisa dialirkan ke selatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Wonogiri tentu kekeringan bisa teratasi. Jika hal itu tak bisa dilakukan, masih ada sumber air di daerah selatan. Sumber air Banyutowo di Kecamatan Paranggupito jika dieksplorasi akan menjadi solusi permanen bagi bencana kekeringan di Wonogiri,” kata Bupati Wonogiri, Danar Rahmanto, didampingi Sekda Wonogiri, Suharno, saat ditemui Solopos.com di ruang kerjanya, Selasa (9/6/2016).

Advertisement

Wonogiri butuh bantuan dari pemerintah pusat untuk mendanai proyek itu. Bupati juga minta pemerintah memfasilitasi penghibahan lahan seputar WGM untuk dikelola Pemkab Wonogiri.

“Ada semacam batas wilayah yang diperuntukkan lahan penahan sedimen. Ada lahan yang bisa dimanfaatkan untuk industri pariwisata atau pertanian sehingga bisa memberi masukan ke PAD,” kata Bupati.

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri telah memetakan kebutuhan air bersih di delapan daerah rawan kekeringan di Wonogiri. Kebutuhan air paling banyak di Pracimantoro yakni 160 tangki air/hari.

Advertisement

Kepala Pelaksana Harian BPBD Wonogiri, Bambang Haryanto, mengatakan total kebutuhan air bersih di delapan kecamatan yang rawan kekeringan mencapai 488 tangki per hari.

Delapan kecamatan rawan kekeringan itu yakni Giriwoyo, Nguntoronadi, Eromoko, Manyaran, Paranggupito, Pracimantoro, Giritontro, dan Selogiri.

Sedangkan jumlah desa yang rawan kekeringan di delapan kecamatan ada 38 desa. “Di 38 desa itu, kekeringan mengancam 17.354 keluarga atau 61.169 jiwa,” kata Bambang.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif