Soloraya
Senin, 25 Mei 2015 - 00:10 WIB

KEKERINGAN WONOGIRI : Air Telaga di Gambirmanis Kian Menyusut

Redaksi Solopos.com  /  Septina Arifiani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan

Kekeringan Wonogiri mengancam warga, menyusul air telaga di Desa Gambirmanis yang kian menyusut.

Solopos.com, WONOGIRI — Warga wilayah selatan Wonogiri mulai merasakan dampak kemarau. Air telaga kian menyusut, salah satunya di Desa Gambirmanis, Kecamatan Pracimantoro.

Advertisement

Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Wonogiri, Bambang Haryanto, mengatakan daerah rawan kekeringan di Wonogiri seperti Pracimantoro sudah mulai merasakan dampak kemarau. Persediaan air di sejumlah sumber mata air mulai surut dan membuat warga khawatir.

“Beberapa wilayah di Wonogiri bagian selatan selalu mengalami kekeringan karena belum ditemukan sumber mata air yang mampu memenuhi kebutuhan warga,” ujar Bambang saat dihubungi Solopos.com, Minggu (24/5/2015).

Advertisement

“Beberapa wilayah di Wonogiri bagian selatan selalu mengalami kekeringan karena belum ditemukan sumber mata air yang mampu memenuhi kebutuhan warga,” ujar Bambang saat dihubungi Solopos.com, Minggu (24/5/2015).

Dia mengatakan dari hasil pantauan di daerah rawan kekeringan di Wonogiri, Desa Gambirmanis menjadi salah satu daerah pertama yang mulai mengalami kekeringan. Satu-satunya sumber mata air di telaga mulai menyusut.

“Di Desa Gambirmanis hanya ada satu sumber air telaga yang digunakan puluhan kepala keluarga. Airnya sekarang mulai menyusut,” kata dia.

Advertisement

Menurut Bambang, warga di Wonogiri bagian selatan kebanyakan mengandalkan air hujan untuk kebutuhan air bersih. Belakangan ini hujan sudah semakin jarang turun di wilayah itu. “Air hujan itu biasanya disimpan di bak penampungan bantuan dari Pemkab,” papar dia.

Untuk mengantisipasi krisis air bersih, BPBD Wonogiri sudah berkoordinasi dengan kepala desa (kades) dan camat di wilayah rawan kekeringan. Selain itu, BPBD menerjunkan tim untuk memantau kondisi di daerah rawan kekeringan.

“Kami meminta kades dan camat untuk selalu memantau warga mereka. Kalau kekurangan air langsung lapor ke BPBD agar segera dikirim air bersih,” kata dia.

Advertisement

Camat Pracimantoro, Warsito, mengatakan Desa Gambirmanis merupakan salah satu daerah rawan bencana kekeringan di Pracimantoro. Di daerah tersebut sebagian besar warganya mengandalkan sumber air dari telaga dan air hujan yang ditampung di bak penampungan.

“Kalau kondisinya seperti ini [hujan semakin jarang] air di telaga dan bak penampungan menyusut. Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah desa setempat agar segera melapor jika persediaan air sudah habis,” kata dia.

Seorang penjual air bersih di Pracimantoro, Sutarto, mengatakan belum ada peningkatan permintaan air bersih dari warga. Saat ini, ia melayani permintaan air bersih lima sampai enam tangki ukuran 5.000 liter per hari. Harga 5.000 liter air itu Rp100.000 sampai Rp120.000.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif