Soloraya
Rabu, 22 Oktober 2014 - 02:41 WIB

KEKERINGAN WONOGIRI : 4 Kecamatan Rawan Pangan

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan Wonogiri (JIBI/Solopos/Dok)

Solopos.com, WONOGIRI–Dua kecamatan di Wonogiri, yaitu Kecamatan Selogiri dan Manyaran masuk peta daerah rawan pangan di tahun ini.

Sedangkan Kecamatan Giritontro dan Paranggupito yang biasa menjadi langganan kekeringan justru masih aman. Namun, dua kecamatan di wilayah Wonogiri selatan itu masuk peta daerah darurat pangan.

Advertisement

Kepala Kantor Ketahanan Pangan (KKP) Wonogiri, Stefanus Pranowo, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Senin (20/10/2014),  mengatakan ada empat kecamatan yang dilaporkan rawan pangan, yakni Kecamatan Paranggupito, Giritontro, Manyaran, dan Selogiri.

Hasil tim investigasi, di Selogiri terdapat 13 KK yang tidak mempunyai akses pangan. Sementara di Manyaran, Pranowo tak menjelaskan detail berapa jumlah warga yang tak punya akses pangan. Namun, kata dia, pemerintah telah mengirim bantuan beras ke Manyaran sebanyak 3,5 ton.

Pranowo menjelaskan beras yang diberikan ke Manyaran merupakan bantuan dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng). “Yang jelas, ketersediaan pangan di dua kecamatan tersebut [Selogiri dan Manyaran], saat ini sudah ada.”

Advertisement

Pranowo melanjutkan berdasar hasil investigasi di Kecamatan Paranggupito dan Giritontro telah terjadi duplikasi pangan sehingga belum masuk peta rawan pangan namun masuk peta darurat pangan.

Darurat pangan bisa saja terjadi karena adanya bencana yang mengganggu ketersediaan pangan seperti banjir maupun kekeringan. Sedangkan rawan pangan bermakna kemampuan daya beli rakyat tidak ada.

Soal stok beras, dia menyebutkan saat ini stok cadangan beras pemerintah (CBP) Wonogiri masih utuh 100 ton. Sementara, produksi beras di Wonogiri sejak Januari hingga Maret mencapai 28.327 ton dengan kebutuhan selama tiga bulan itu sebanyak 19.690 ton.

Advertisement

Diakui Pranowo, panjangnya musim kemarau tahun ini berdampak pada menurunnya produksi padi. “Penurunan produksi padi wajar terjadi karena ketersediaan air tidak cukup. Akibatnya harga beras juga akan naik sesuai hukum ekonomi.”

Terpisah, warga Bulusulur, Kecamatan Wonogiri, Joko, 56, mengatakan harga beras sudah naik senilai Rp200 per kilogram. “Pekan lalu harga beras Rp8.200 per kilogram. Namun dua hari lalu harga beras sudah naik menjadi Rp8.400 per kilogram,” ujar Joko.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif