SOLOPOS.COM - Hipospadia (http://www.slideshare.net/nindiyulianti/hipospadiapoltekkes-surakartanon-reg-b-smt-3)
Harianjogja.com, BANTUL-Dokter bedah RS Nur Hidayah, Sagiran mengungkapkan, hipospadia banyak ditemukan pada anak laki-laki. Sayangnya, banyak warga tidak menyadari, sehingga tetap mengira, pasien adalah perempuan. Kesalahan seperti itu merugikan penderita hipospadia.
“Apalagi kalau sudah sekolah tinggi, ijazahnya sudah banyak kemudian baru tahu kalau itu laki-laki kan repot kasihan anaknya,” ungkap Sagiran.
Di RS Nur Hidayah sendiri, sejak 2008 sampai sekarang sudah ada 145 pasien hipospadia yang dioperasi. Kasus hipospadia yang ditemukan beragam masing-masing pasien.
“Ada yang muara saluran kencingnya ditemukan di batang penis, ada yang di pangkal penis. Harusnya kan di ujung penis. Kasus Endra ini cukup sulit karena lubangnya di pangkal penis, penisnya tidak ada, jadi mirip seperti vagina,” jelasnya.
Padahal pasien tersebut adalah laki-laki sejati yang memiliki kromosom y (kromosom laki-laki). Operasi dilakukan dengan cara membentuk penis di daerah alat kelamin pasien lalu memindahkan muara saluran kencing ke ujung penis. Dengan teknologi kedokteran, Sagiran meyakinkan pasien hipospadia dapat dicegah potensi kemandulannya.
“Dengan operasi makanya penisnya dibuat lurus sehingga bisa menjadi saluran sel telur untuk reproduksi. Bila sel telur ditemukan di dalam perut bukan di testis, maka harus dikeluarkan. Kalau tidak bisa infertil atau mandul bahkan bisa menjadi penyebab tumor,” jelasnya lagi.
Hipospadia terjadi akibat kelainan pada janin saat kandungan Ibu hamil berusia 3 bulan. Upaya aborsi atau paparan zat kimia seperti pestisida menurut Sagiran ditengarai turut mengakibatkan
hipospadia.