Lifestyle
Senin, 7 Juli 2014 - 04:31 WIB

Maukah Anda Mendonorkan Wajah Ketika Meninggal?

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - (JIBI/Harian Jogja/Dailymail)

Harianjogja.com, AMERIKA-Pemerintah Amerika Serikat (AS) baru saja meresmikan aturan mengenai operasi transplatasi wajah dan tangan. Sampai saat ini, aturan baru itu masih menjadi pro dan kotra. Berikut pemaparan mengenai alasan mengapa donor wajah diperlukan.

Seperti dikutip dari Dailymail, kebijakan mengenai transplatasi wajah, tangan atau anggota tubuh lain [dikenal sebagai vascularised composite allografts atau VCAs] ini sebenarnya sama dengan donor pada umumnya. Juga memiliki tujuan yang sama, mengubah kehidupan orang lain menjadi lebih baik.

Advertisement

Secara umum, VCA merupakan transplantasi beberapa struktur dalam tubuh, seperti kulit, tulang, otot, pembuluh darah, saraf dan jaringan ikat. The Organ Procurement and Transplantation Network (OPTN) di Richmond, Virginia, AS merupakan pihak yang terus mendorong adanya kebijakan tersebut. Sebelumnya kebijakan legal mengenai ketentuan tersebut belum ada.

Meski saat ini sudah ada ketentuan formal, kata Kepala VCA, Dr. Sue McDiarmid, prosedural ini tidak dapat begitu saja disetujui. Ada prosedur yang perlu digenapi. Misalnya, kesanggupan pendonor sekaligus persetujuan seseorang atau keluarga dekat si pendonor.

Ditanya mengenai tujuan pemberlakukan kebijakan itu, Dr Kenneth Andreoni, Presiden OPTN, menambahkan kebijakan ini diperlukan untuk membantu pasien yang mengalami cedera parah di area wajah.

Advertisement

“Kami ingin perawatan ini dapat lebih banyak memfasilitasi masyarakat yang memang membutuhkan bantuan. Tapi patut diakui, kebijakan baru ini masih mengundang kontroversi dari sisi etis dan medis,” papar dia.

Adapun transplantasi wajah pertama dilakukan di AS pada tahun 2008 dan transplantasi tangan pertama pada tahun 1999. Sejak saat itu, tujuh orang telah menerima ‘wajah baru’, delapan orang dengan dua ‘tangan baru’ dan 14 tangan tunggal.

Satu di antara pasien yang pernah menerima tindakan ini adalah Charla Nash. Charla merupakan korban penyerangan simpanse pada tahun 2009. Ia harus menjalani perawatan selama 22 jam lantaran 80% dari wajahnya harus ditransplantasi karena mengalami cidera berat.

Advertisement

Selain itu, ada pula Carmen Blandin Tarleton. Pasien ini dianiaya suaminya sendiri. Akibat penganiayaan itu, wajah Carmen menjadi rusak sehingga tidak dapat dikenali. Setelah menjalani operasi, perempuan tersebut mengucap syukur karena tindakan tersebut memberikan perbedaan yang signifikan dan meningkatkan kualitas hidup.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif