Soloraya
Minggu, 20 April 2014 - 09:07 WIB

ASAL USUL : Asale Dusun Timang Wonogiri

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Dusun Timang Kulon, Suparmin, 54 (kiri) berbincang-bincang dengan tokoh masyarakat setempat, Jakinam, 72 di punden Dusun Timang, Sabtu (19/4/2014). (Trianto HS/JIBI/Solopos)

Solopos.com, WONOGIRI–Sebuah pohon besar nan rindang berdiri kokoh di tengah dusun. Oleh masyarakat setenpat, pohon tersebut disebut punden. Sebuah pohon yang oleh masyarakat dikenal dengan seputan Ipik itu diberi pagar besi mengelilingi pohon tersebut.

Halaman area tersebut cukup luas dan datar sehingga bisa dipergunakan warga setempat untuk acara seperti berkumpul ataupun lek-lekan.

Advertisement

Pohon itu berada di Dusun Timang Kulon, Desa Wonokerto, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri. Kepala Dusun Timang Kulon, Suparmin dan tokoh masyarakat setenpat Jakiman, 72, saat berbincang-bincang dengan Solopos.com, Sabtu (19/4/2014), bercerita, umur Pohon Ipik berkisar 400-an tahun.

“Orang sini (Timang) mengatakan pohon tersebut sudah delapan turunan,” ujar Suparmin.

Satu turunan diperkirakan berumur 80 tahun. Umur tersebut diasumsikan sebagai umur manusia era lama yang berumur panjang. Asal-usul nama Timang menjadi nama dusun tersebut belum semua warga setempat mengetahuinya. Beberapa warga generasi muda di dusun tersebut mengaku tidak tahu. Pengakuan generasi muda itu diakui oleh Suparmin maupun Jakiman yang juga Ketua RT 002/RW 004, Dusun Timang Kulon.

Advertisement

“Mengerti sejarah itu penting namun generasi sekarang enggan mengingat-ingat sejarah. Pemikiran generasi sekarang praktis, tidak mau berpikir detail,” jelas Jakiman.

Keduanya, bercerita nama Dusun Timang memiliki makna bagus. Nama tersebut sudah ada sejak jaman penjajahan Belanda, sekitar tahun 1800-an. “Saya hanya mendengar cerita dari nenek moyang. Asal muasal nama Timang dari sebuah oyot (akar) pohon yang melengkung tanpa terikat. Istilah orang Jawa, oyot pohon dibuat seperti tali tangsul (tidak terikat kencang).”

Konon, ujar Suparmin, jika seseorang melewati akar tersebut dan memiliki niat tidak baik akan kebingungan. Ditambahkan oleh Jakiman, akar mimang tidak memiliki pangkal. “Asal muasal akar tersebut dari pohon apa tidak jelas. Masyarakat jaman Belanda sudah menelusuri tetapi tidak menemukan ujung pangkalnya. Anehnya, seseorang yang berniat jahat setelah melewati akar tersebut dibuat kebingungan. Selain itu, jika warga yang berniat jahat ingin tinggal di Dusun Timang, tidak kerasan.”

Advertisement

Lebih lanjut diceritakan oleh Jakiman, cerita lain adalah munculnya seorang pertapa yang bersemedi di salah satu tempat. “Tiba-tiba seorang pertapa itu hilang atau muksa dan berubah menjadi pohon. Pohon itu bernama Pohon Ipik. Oleh masyarakat Timang, pohon itu dipercaya sebagai cikal bakal keberadaan Dusun Timang.”

Cerita lain, nama Timang berasal dari kata-kata remang-remang. Pasalnya, jaman penjajahan Belanda, pasukan Belanda dibuat gelap mata sehingga tidak mengetahui permukiman penduduk saat melintas. “Sebagai kepercayaan, warga Timang setiap tahun mengadakan kegiatan bersih desa dengan maksud agar generasi kondisi dusun aman. Juga warga Timang tidak memiliki niat jahat. Jikalau ada yang berniat jahat di Dusun Timang tidak akan bisa pulang.”

Sekadar informasi, saat ini warga Dusun Timang Kulon sebanyak 109 KK dan warga Dusun Timang Wetan sejumlah sekitar 125 KK.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif