Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Diiringi hentakan jimbe dan tiupan suling reog, dua pendekar Perisai Diri saling adu kelihaian. Mereka adalah Joko Widodo dan Mutiara, pasangan ayah dan anak asal Jogja. Dengan tangan kosong, mereka menunjukkan makna Perisai Diri. Sang ayah dengan lihai menghindari tendangan anakya. Secepat kilat, ia meraih kaki sang anak dan menguncinya. “Prinsip kami adalah bela diri untuk keselamatan, bukan berkelahi. Seperti konsep perisai yang berarti alat pertahanan diri,” ujar koordinator Perisai Diri Soloraya, Heru Tetuko, saat ditemui seusai acara.
Joko dan Mutiara hanyalah sedikit dari personel Perisai Diri yang tampil malam itu. Performance diawali kelincahan puluhan Perisai Diri bocah dari Karanganyar. Menggamit senjata seperti pedang, kipas dan toya, mereka memeragakan teknik senam beladiri. Teknik lempitan, sikutan hingga tendangan diperagakan lembut tapi tetap bertenaga. Rancaknya jimbe yang dimainkan tiga personel dari Institut Seni Indonesia Solo menambah seru aksi Perisai Diri
Heru mengatakan, iringan musik bagi Perisai Diri bukanlah hal baru. Sejak terbentuk pada 2 Juli 1955, imbuhnya, Perisai Diri telah adaptif dengan instrumen musik tradisi. Ia menyebut, alat seperti gamelan dan kulintang pun kerap dipakai untuk mengiringi atraksi. “Perisai Diri juga bisa dikombinasi dengan gerak tari. Seperti yang kami lakukan bersama penari Amerika dan New Zealand di Pasar Nusukan belum lama.”
Lebih lanjut, pihaknya berharap ajang tersebut dapat merekatkan kembali persaudaraan antar Perisai Diri se-Soloraya. Pihaknya pun ingin kegiatan bisa menjadi motivasi anak muda untuk terus berlatih. “Jangan mau kalah dengan yang tua,” pesannya.